Aliran Perkembangan Islam dalam Mendorong Substitusi Islam
Judul
Buku : Pemikiran Islam Metodologis ( Model Pemikiran Alternatif dalam Memajukan
Peradaban Islam)
Penulis
: Prof.Dr.Mujamil Qomar, M, Ag.
Penerbit
: KALIMEDIA
Kota
Terbit : Perum
POLRI Gowok Blok D 3 Sleman Yogyakarta No. 200 Depok
Tahun
Terbit : 2015
Jumlah
Halaman : 214
Cetakan
: 1 (Pertama)
ISBN : 978-602-73013-1-3
Presensi : DEFI
TRI ASTUTI (027)
Buku tentang Pemikiran Islam Metodologis merupakan hasil telaah terhadap berbagai model pemikiran Islam yang berkembang di dunia ini. Kita diperhadapkan dengan kehadiran berbagai model pemikiran Islam yang tersebar di kalangan masyarakat Muslim. Ada bermacarn-macam model pemikiran islam yang berkembang antara lain, pemikiran islam tradisional, modemis, moderat transformatif, fundamentalis dan liberal. Model pemikiran Islam tradisional mengacu pada paham Asy’ariah yang dalam beberapa hal bercorak jabari sehingga bersikap pasif dalam memajukan peradaban Islam ke depan.
Pemikiran Islam modemis mengacu mengerti mutazilat; terbawa pemikiran Barat, berorientasi pada modemisasi dalam wacana namun relaitanya terjebak dalam westernisasi bagaikan mana terjalin di Mesir serta Turki sehingga hadapi kegagalan; pemikiran Islam moderat menekankan gunanya bagaikan “jembatan" antara 2 kufub pemikiran yang bertentangan sehingga merefleksikan perilaku pasif serta defensif; pemikiran islam transformatif sesungguhnya lumayan strategis namun bertabiat idealis-normatif sehingga lebih berorientasi pada hasil akhir; pemikiran Islam fundamentalis menekankan pendekatan tekstual, harfiah, sakliyah, atau scriptural dan anti Barat sehingga mengesankan kekerasan baik dalam pemikiran maupun tindakan.
Bab 1 Kata metodologis ini
dapat dibandingkan dan sekaligus disejajarkan dengan kata fundamentalis, formalis,
tradisionalis, Pengenalan Pemikiran lslam Melodologis servatif,
moderat, modemis, Iiberal, substantivistik dan sebagainya dilihat dari fungsinya
dalam menjelaskan kata-kata pemikiran Islam. Istilah pemikiran islam metodologis
berarti
pemikiran-pemikiran menimpa ajaran-ajaran islam dengan metode menggali,
menciptakan serta meningkatkan strategi, tata cara, tehnik, metode pendekatan,
langkah- langkah, prosedur serta mekanisme buat memesatkan Kemajuan Peradaban
Islam. Kondisi umat islam dahulu maupun sekarang ini dipengaruhi oleh model berpikirnya,
yang belakangan ini sering disebut mindset seseorang. Pemikiran ini bekerja
menggerakkan anggota badan untuk melakukan sesuatu tindakan. Sebab itu yang merombak
dunia ini bukan hafalan, namun pemikiran. Pemikiran Islam Metodologi pula
memegang hal-hal yang berhubungan dengan psikologis umat Islam terpaut dengan
pemikiran serta aksinya ialah semangat berpikir serta beraktifitas motivasi,
pemahaman berpikir serta beraktifitas kepedulian, obsesi serta orientasi. Di samping itu, pemikiran Islam metodologis ini juga
menyentuh pola-pola gerakan, pola perjuangan dan pola kehidupan. Pengembangan
sains serta teknologi begitu dinamis apalagi progresif sebab didorong oleh
pemikiran saintis serta teknologi yang tetap mencari terobosan- terobosan baru
dengan melaksanakan inovasi- inovasi yang brilian. Mereka selalu
melakukan eksperimen dalam mengembangkan sains dan
teknologi baru.
Eksperimen
merupakan realisasi dari aksi seseorang. Memanglah pemikiran ini wajib diiringi
aksi yang nyata. Karena pemikiran tanpa aksi nyata hanyalah merupakan
pengendapan wawasan filosofis yang berbentuk wacana-wacana semata. Maka
pemikiran harus di tindaklanjuti melalui aksi nyata, agar pemikiran itu dapat
teraktualisasikan secara dinamis kemudian berpengaruh langsung terhadap
dinamika produk-produk hasil pemikirannya itu. Upaya mempercepat kemajuan
peradaban Islam sebagai tujuan pemikiran Islam metodologis ini selanjutnya
dapat dirinci menjadi tujuan yang lebih spesifik lagi yang meliputi:
1). untuk membangun kesadaran berpikir positif;
2). untuk membangun kesadaran berpikir dan
bertindak secara efektif dan efisien;
3). untuk membangun kesadaran berpikir dan
bertindak secara aktif, kreatif, dan produktif;
4). untuk membangun kesadaran berpikir dan
bertindak strategis;
5). untuk membangun kesadaran berpikir dan
bertindak pengembangan;
6). untuk membangun kemandirian baik dalam merumuskan metode maupun konstruksi-teori keilmuan; dan
7). untuk mempercepat kemajuan umat Islam dan peradabannya.
Bagaikan suatu model pemikiran alternatif, novel ini
mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan model pemikiran Islam yang lain.
Berbeda dengan pemikiran Islam tradisional, modernis, fundamentalis, liberal,
moderat serta transformatif. Pemikiran Islam Metodologis mempunyai keakraban
namun masih ada identitas yang membedakan keduanya. Kebalikannya model
pemikiran Islam yang jauh awal merupakan pemikiran Islam tradisional,
sebaliknya yang sangat jauh kedua merupakan pemikiran Islam fundamentalis.
Implikasinya, dalam permasalahan tertentu dapat berdampingan dengan pemikiran
Islam transformatif, tetapi berseberangan dengan pemikiran Islam fundamentalis.
Ada pula ciri Pemikiran lslam Melodologis ini lumayan banyak, antara lain:
-
berorientasi
pada cara-cara pengembangan;
-
bergerak
mengarah temuan- temuan inovatif- konstruktif;
-
melaksanakan
penelusuran model secara komparatif- selektif;
- leluasa
dari keterikatan dengan pola pikir aliran teologis, madzhab fiqh ataupun figur-
figur pemimpin tertentu;
-
berupaya
menjauhi sasaran- sasaran pemikiran yang sensitif;
- menekankan kemandirian lewat kreativitas secara berkesinambungan;
- mensinergikan
antara pemikiran dengan aksi, ciri Pemikiran lslam Melodologis ini merupakan memandang
pencerahan masa depan, sehingga mempunyai orientasi kokoh ke masa depan(future
oriented).
Dengan demikian, langkah selanjutnya yang butuh
ditempuh merupakan upaya membangun tradisi, supaya dapat berkembang tumbuh,
mengakar serta bertahan hidup(survive) di golongan warga muslim sehingga bisa
bebas dari kecenderungan musiman. Di mari nampak kalau tradisi yang dibentuk
ini diposisikan bagaikan saluran pembudayaan di dalam seluruh susunan warga
muslim dengan membiasakan bersumber pada kandungan keahlian mereka.
Bab 2 Membangun Tradisi Pemikiran Islam Metodologis,
Tradisi pemikiran Islam metodologis di sini mengandung maksud
kebiasaan-kebiasaan berpikir tentang cara-cara membangun, mengembangkan, menyempurnakan,
meningkatkan, merubah kearah mentransformasikan sesuatu pemikiran, tindakan,
adat-istiadat, slogan, norma, budaya maupun pandangan hidup yang berlaku di
masyarakat. Tradisi berpikir ini berusaha mengarahkan inisiatif, ide-ide
cemerlang dan gagasan-gagasan pembangun dan pengembang sehingga berwatak kreatif,
dinamis, produktif bahkan progresif.
Bangunan konseptual tradisi Pemikiran lslam Melodologis
ini berbeda dengan tradisi pemikiran Islam yang selama ini berkembang di
kalangan masyarakat Muslim. Tradisi ini merupakan tradisi rintisan yang
berupaya mengubah tradisi pemikiran Islam lama menjadi tradisi pemikiran Islam
baru yang menjanjikan kemajuan mereka dan peradabannya di masa depan. Tradisi
ini memiliki komitmen yang kuat dalam membangkitkan kemajuan umat islam
mensejahterakannya dan mengangkat derajat serta martabatnya di tengah-tengah perkumpulan
dengan umat dan bangsa lain di dunia ini.
Oleh karena itu, tradisi Pemikiran lslam Melodologis
ini harus diaplikasikan melalui berbagai macam pembiasaan, antara lain:
1. Membiasakan istilah-istilah metodologis.
Istilah yang membangkitkan kreativitas yang perlu dibudayakan mulai kanak-kanak
hingga lanjut usia, mulai orang awam hingga masyarakat terpelajar. Pembiasaan
penggunaan istilah-istilah metodologis pada seluruh lapisan masyarakatini
didasarkan pada pertimbangan strategis dan pengalaman sejarah.
2. Membiasakan berpikir dan bertindak
produktif-strategis. Umat Islam khususnya para pemimpinnya dituntut berpikir
melipatgandakan hasil pemikiran, kerja, tindakan dan produk-produk yang dihasilkan,
sebagai wujud pemikiran dan tindakan produktif dan strategis. Produktif
maksudnya mampu menghasilkan pemikiran dan tindakan yang sangat banyak melebihi
kebiasaan sebelumnya, sedangkan strategis maksudnya hasil-hasil itu memiliki
fungsi yang besar untuk meraih kemajuan.
3. Menelaah tokoh sebagai model atau modeling.
Menelaah cara-cara yang ditempuh tokoh dalam mewujudkan keberhasilannya. Misalnya,
bila kita tertarik pada wujud Imam Ghazali hingga sepatutnya kita meniru
strategi, pendekatan, serta tata cara yang dipakai Al-Ghazali dalam mengukir
prestasi intelektual serta keulamaannya. Menirukan karakter para pengembang
peradaban. Masyarakat muslim khususnya para cendekiawan, sarjana dan
intelektual muslim seharusnya mampu mengikuti jejak para pengembang peradaban
baik sebagai perintis, penemu dan pengembang. Ulama pilihan memiliki mental
yang sangat tangguh tercatat dalam sejarah sebagai
perintis
peradaban yaitu Imam Syafi’i sebagai perintis ushul al-fiqh, Ibn Hazm dan Ibn
Taimiyah sebagai perintis metode induksi, al-Jahid, Ibn Miskawaih dan Jalaluddin
Rumi sebagai perintis teori evolusi. Para penggali hadits telah berhasil
membukukan hadits berjilid-jilid; al-Khawarizmi sebagai penemu angka nol,
al-Biruni penemu hukum gravitasi, dan Ibn Haitsam sebagai penemu teori vision;
Imam Hanafi mengembangkan metode ijtihad yang disebut istihsan, Imam Maliki
mengembangkan maslahah mursalah, dan Imam Syafii mengembangkan istishab.
4. Membiasakan rintisan peradaban
alternatif. Peradaban alternatif merupakan model peradaban yang memberikan
kedamaian bagi manusia sesuai dengan misi utama pembentukan suatu peradaban.
5. Membiasakan praktek kesungguhan. Kesungguhan
dalam melaksanakan kebaikan sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Kesungguhan
ini menjadi kunci kesuksesan sebagaimana pepatah Arab “man jadda wajada”
barangsiapa yang bersungguh-sungguh ia akan menemukan hasilnya.
6. Membiasakan pencarian prestasi dan solusi
sebagai pengganti khilafiyah atau perselisihan pendapat. Lantaran khilafiyah
telah merambat pada tindakan-tindakan yang membahayakan keutuhan umat Islam,
maka kita harus mencari alternatif strategis dengan memperbanyak prestasi dan
mencari solusi terhadap khilafiyah tersebut.
7. Membiasakan bermadzhab secara
metodologis, kebiasaan bermadzhab manhaji ini memiliki manfaat yang besar bagi
kalangan meskipun yang mampu melakukan model bermadzhab ini hanya kalangan
intelektual.
8. Membiasakan ijtihad peradaban. Maksud
ijtihad peradaban adalah mengerahkan segala kemauan dan kemampuan untuk
meneliti, istinbath, menemukan dan mengembangkan peradaban Islam berdasarkan
inspirasi dan petunjuk al-Qur’an maupun sunnah Nabi.
Semua bentuk pembiasaan ini memberikan inspirasi,
stimuasi dan motivasi untuk bergerak cepat meraih kemajuan pemikiran, tindakan
dan gerakan, sebagai suatu tahapan hierarki dalam merealisasikan kemajuan
peradaban Islam. Sebagai sebuah tradisi, pembiasaan-pembiasaan tersebut secara
langsung membekali masyarakat Muslim melalui pembekalan kultur yang tinggi
(high culture) yang menyusup ke dalam alam bawah sadar mereka. Pembiasaan yang
dilakukan secara terus menerus pada gilirannya akan menjadi sifat, sedangkan
sifat akan mengekpresikan suatu tindakan secara spontanitas dan reflektif.
Pembentukan tradisi Pemikiran Islam Metodologis ini
di kalangan masyarakat Muslim sebagai langkah awal yang agak abstrak dan
terkadang kurang disadari oleh mereka. Dalam perkembangan berikutnya, harus
makin konkret mewarnai kehidupan mereka sehingga dibutuhkan upaya merumuskan
hal ini dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Bab 3 Merumuskan Pemikiran Islam Metodologis, Pembahasan
ini menekankan pada cara-cara merumuskan pemikiran Islam metodologis sehingga
bersifat teknis inspiratif, yakni teknik menjabarkan, menyusun dan merumuskan
konstruksi pemikiran Islam metodologis yang membangkitkan semangat
mengembangkannya lebih lanjut. Teknik itu dibutuhkan dalam mempertegas dan
mengkonkretkan budaya Muslim yang masih abstrak tersebut, di samping berguna
dalam mengembangkan high culture yang telah dimiliki mereka tersebut.
Rumusan pemikiran ini buat menolong mempermudah
seorang mengidentifikasi secara mendalam tentang bentuk-bentuk operasional dari
pemikiran Islam metodologis dalam kehidupan tiap hari; membagikan pedoman dasar
untuk umat Islam dalam mempraktekkan pemikiran ini; serta membukakan akses,
pemahaman serta semangat baru spesialnya untuk intelektual, ilmuan serta
cendekiawan Muslim buat menyempurnakan konstruksi pemikiran tersebut jadi lebih
lengkap lagi. Ada pula rumusan pemikiran ini bisa dijabarkan lewat langkah-
langkah berikut:
1. Merumuskan pola-pola berpikir
metodologis. Pola konstruktif, integralistik, transformatif, korelatif, kritik,
penawaran solusi, tipologik, futuristik, strategik, dan pengembangan.
2. Mentransformasikan pemahaman wahyu
menjadi teori-aplikatif. Wahyu yang normatif harus dirumuskan dalam bentuk
konstruk-konstruk teoritis.
3. Mentransformasikan pemahaman wahyu
menjadi metodologi. Inspirasi wahyu ditangkap sebagai bekal dalam merumuskan bangunan
metode keilmuan.
4. Mentransformasikan pemahaman wahyu
menjadi aktivitas penelitian. Menindaklanjuti petunjuk wahyu sebagai sinyal
maupun stimulan dalam melakukan kegiatan penelitian.
5. Mentransformasikan pemikiran menjadi
aksi upaya merubah pemikiran menjadi aksi teologis, aksi intelektual, aksi
metodologis, aksi sektoral, aksi sosial, dan aksi moral.
6. Merumuskan paradigma Islam. Dari segi
alur pembentukannya meliputi paradigma internal dan eksternal; dari instrumen
pembentukan ilmu meliputi paradigma teoritis, metodologis dan penelitian; dari
segi karakteristik pemahaman ulama meliputi paradigma Islam konservatif,
tradisional, modern, fundamentalis, liberal, moderat, transformatif serta lain-lain;
dari segi gunanya meliputi paradigma petunjuk, konfirmatif serta informatif.
7. Merumuskan pengembangan ilmu-ilmu
keislaman. Sebagai suatu disiplin ilmu diharuskan senantiasa mengalami
dinamika, sehingga suatu ilmu tidak boleh mandeg. Hingga ilmu keislaman semacam
ilmu kalam, fiqh, tasawuf, tafsir, riset hadits, tarikh, filsafat Islam.
8. Menghaluskan bahasa teologis. Sosialisasi
suatu pemikiran teologis di luar aliran Ahlussunnah waljama’ah dirasakan
sensitif sekali jika menyebutkan nama aliran tersebut, maka ketika dipandang
perlu melakukan sosialisasi pemikiran yang menyemangati kerja yang berasal dari
aliran lain hendaknya tidak butuh mengatakan nama alirannya. Tetapi lumayan
mengatakan substansi pemikirannya semacam giat pangkal pandai, hemat pangkal
kaya, serta bersih pangkal sehat dimana seluruh ini ialah ekpresi dari
pemikiran aliran Qadariyah.
9. Merumuskan “strategi akar”. Strategi
yang menekankan pada penyelesaian secara menyeluruh sehingga tidak lagi
menimbulkan masalah lain sebagai masalah susulan atau masalah baru sama sekali
di kemudian hari. Intinya strategi penyelesaian masalah secara tuntas dengan
cara membereskan variabel penyebab utama.
10. Mempertajam rumusan pertanyaan bagaimana
dan jawabannya. Pertanyaan bagaimana ini mengandung muatan metodologis karena
terkait dengan suatu proses atau mekanisme dalam melakukan sesuatu kegiatan.
Bila pertanyaan bagaimana ini dipertajam akan diperoleh jawaban-jawaban yang
mengandung informasi tentang cara, metode, pendekatan, teknik, kiat-kiat,
strategi, langkah-langkah, mekanisme dan sebagainya. Berikutnya kita wajib
mencermati jawabannya yang menuju pada operasionalisasi metode itu. Misalnya
pemicu kemunduran umat Islam, pembelajaran, pemahaman, metode membangkitkan pemahaman
menampilkan kebutuhan-kebutuhan yang sangat berarti buat dipadati).
11. Merumuskan langkah-langkah dekonstruksi-rekonstruksi, usaha merombak pemikiran yang berorientasi masa lampau ke masa depan, merombak pemikiran normatif kemudian menggantinya dengan pemikiran strategis, merombak pemikiran yang bercorak aksiologis menuju pemikiran yang bercorak epistemologis, merombak pemikiran ideologis-politis mengarah pemikiran pemberdayaan, merombak pemikiran formalistik mengarah pemikiran transformatif, merombak aksi konsumtif jadi aksi produktif, merombak aksi imitatif jadi aksi konstruktif, merombak aksi ketergantungan jadi aksi kreativitas kemandirian, merombak tradisi mendengar serta berdialog jadi tradisi membaca serta menulis, merombak tradisi unjuk kekuatan (show force) jadi tradisi yang mengutamakan hasil optimal (maximum result), serta merombah tradisi memproduk karya yang sudah banyak dihasilkan orang lain jadi tradisi merintis karya- karya baru yang betul- betul asli.
Bab 4 Strategi Sosialisasi Pemikiran Islam
Metodologis. Dalam memberlakukan pembudayaan Pemikiran Islam Metodologis pada
masyarakat Muslim, dibutuhkan Strategi ini mempunyai kedudukan berarti dalam
menjauhi resistensi mereka. Ada beberapa strategi yang layak ditempuh dalam
melakukan sosialisasi tersebut, yaitu:
A. Menyiasati kegagalan dan keberhasilan
pembaruan Islam. Kegagalan pembaruan di Mesir, Turki, Arabia, serta Pakistan
diakibatkan tema-tema pembaruannya bertabiat normatif serta tidak terdapat tema
yang menuju pada metodologi pembaruan paling utama strategi pembaruan. Spesial
permasalahan kegagalan pembaruan di Mesir serta Turki sebab terjebak pada
westernisasi. Sebaliknya keberhasilan pembaruan di Iran sebab kelangsungan
tradisi intelektual serta mutu pembelajaran, kemandirian, semangat mengalahkan
Amerika Serikat, serta sokongan teologi Syiah).
B. Menelaah karakter masyarakat Muslim arus
utama atau mainstream (mereka menjadi sasaran paling penting dan menentukan
terhadap keberhasilan maupun kegagalan sosialisasi Pemikiran Islam Metodologis ini.
Hasil jajak menampilkan kalau arus utama umat Islam secara teologis berkarakter
moderat, dari segi pembelajaran berwatak konservatif, dari segi intelektual
mempunyai pemikiran yang tumpul sehingga jadi konsumen, dari segi ekonomi
mereka relatif miskin, dari segi politik terjadi polarisasi sikap, dan dari segi
sosial budaya masih rendah).
C. Menerapkan pendekatan-pendekatan populis
(pendekatan persuasif, pendekatan kultural, pendekatan penyesuaian, pendekatan
interaktif, pendekatan gradual atau bertahap, pendekatan perubahan berdaya,
pendekatan proses berkelanjutan, dan pendekatan intensif).
D. Menggunakan saluran-saluran strategis
(yakni saluran-saluran yang dipandang mampu menjadi penyebar pengaruh model Pemikiran
Islam Metodologis secara efektif sehingga saluran-saluran itu harus
berinteraksi dengan orang banyak dalam posisi sebagai subjek/pemberi pengaruh
baik secara langsung maupun tidak langsung.
E. Memperkuat peranan kelas menengah (kelas
menengah ini diukur dari segi penguasaan terhadap ajaran agama Islam. Kalangan
menengah ini perlu diberikan peran yang makin besar sebagai penyalur, pelanjut,
penghubung atau penyambung lidah, penguat, “penerjemah”, penangkal, dan
“jembatan”).
F. Mendorong implementasi dalam berbagai
lini kehidupan Muslim. Model ini diusahakan dapat memasuki seluruh lini
kehidupan baik akidah, ibadah dan akhlak, keilmuan, pendidikan, ekonomi, hukum,
politik, kesehatan, teknik, sosial, budaya, pertanian, perdagangan,
perindustrian, kewirausahaan, penjualan jasa, hiburan, kepegawaian,
perkantoran, perhubungan, pariwisata, medis serta sebagainya. Menghindari
penolakan masyarakat Muslim (ada cara-cara khusus yang perlu ditempuh untuk
menghindari penolakan masyarakat Muslim terhadap sosialisasi yaitu: menghindari
sikap memaksakan kepada masyarakat, menghindari hal-hal yang sensitif,
menghindari kesan seebagai pemikiran yang tersesat, menjauhi kesan bagaikan
pemikiran yang melangit, menjauhi konstruksi pemikiran yang kabur, serta
menjauhi konflik dengan warga).
Bab 5 penutup, demikianlah secara substantif model Pemikiran
Islam Metodologis lebih menekankan ranah epistemologis daripada ontologis
maupun aksiologis. Kecenderungan ini sangat kokoh serta dominan menuju pada
sasaran epistemologis karena konstruksinya dipadati rumpun tata cara ataupun
strategi dalam membagikan pemecahan-pemecahan peradaban Islam. Sasaran
epistemologis ini mempunyai kekuatan lokomotif yang luar biasa besarnya. Oleh
karena itu, model Pemikiran Islam Metodologis ini mengambil dan menyumbangkan
fungsi strategis dari kecenderungan epistemologis tersebut, sehingga model Pemikiran
Islam Metodologis didesain dan dikonstruk demi “merebut” posisi dan peran-peran
strategis serta berusaha memajukan peradaban Islam.
Kesimpulan
Buku tentang Pemikiran Islam Metodologis (Model
Pemikiran Alternatif dalam Memajukan Peradaban Islam) karya dari
Prof.Dr.Mujamil Qomar, M. Ag. Tebal buku ini memiliki jumlah sebanyak 214
halaman dibagi menjadi 5 bab dalam setiap pembahasan. Buku ini menceritakan
tentang pengenalan identitas model pemikiran metodologis dan seluk-beluknya,
cara membangun tradisi pemikiran islam metodologis, cara merumuskan pemikiran
islam metodologis, dan strategis mensosialisasikannya.
Kelebihan buku ini bahwa pemikiaran islam metodois
menawarkan masyarakat muslim untuk mempercepat kemajuan peradaban dengan
menggunakan konsep pemikiran metodologis dan mampu merespon secara konsekuen an
konsisten dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Kekurangan buku ini adalah terdapat penulisan kalimat yang tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD), serta kalimat baku yang termasuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Adapun hal-hal yang menarik bagi pembaca yaitu : berpikir positif merupakan suatu model pemikiran yang menyatakan kebenaran berdasarkan argumentasi ilmiah, menghargai pandangan orang lain meskipun tidak setuju, meyakini orang lain juga memiliki alasan-alasan tertentu, berprasangka baik kepada sesama umat islam, menghindari sikap menyalahkan pandangan orang lain, dan menghindari hukuman teologis, sosial, dan susila kepada orang lain
menarik sekali
BalasHapuswkwkw makasih mbak
Hapus